WEB BLOG
this site the web

Makalah Menulis Karangan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Pendahuluan
Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.
Kerangka Karangan adalah rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya, pokok-pokok yang akan dibicarakan, pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan.

1.2    Perancangan Karangan
Kegiatan mengarang merupakan kegiatan bertahap. Pada umumnya, kegiatan mengarang adalah kegiatan yang mengikuti alur proses yang bertahap dan berurutan :
A.   Penentuan Topik Karangan
B.   Penentuan Tema Karangan
C.   Penentuan Judul Karangan
D.   Dan membuat kerangka karangan





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan dengan topik pembicaraan.Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan  masalah apa yang hendak ditulis.Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya samasama dapat dijadikan sebagai judul karangan.Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.
Topik merupakan salah satu unsur yang penting dalam wacana percakapan. Menurut Howe,  Topik itu merupakan syaratt erbebtuknya wacana percakapan. Istilah topic sering dikacaukan dengan konsep topik dalam tata kalimat. Pada pembahasan ini, keduanya dibedakan secara tegas, dalam tata kalimat topik mempunyai kaitan dengan struktur kalimat secara fungsional. Bahkan topik merupakan suatu deskripsi struktur kalimat. Selain itu dalam konteks wacana topik merupakan suatu ide atau hal yang dibicarakan dan dikembangkan sehingga membentuk sebuah wacana.
Menurut Brow dan Yule, untuk menganalisis topik diperlukan setidak-tidaknya satu penggal wacana. Di dalam peristiwa percakapan itu, peserta berusaha mengembangkan topiknya masing-masing.
Menurut Richards da Schmidt, pemilihan topik yang dibicarakan dalam sebuah percakapan lebih lanjut mempunyai kaitan erat dengan koherensi wacana. Topik yang sesuai dengan topik sebelumnya merupakan salah satu upaya untuk menciptakan koherensi wacana. Topik berbeda dengan judul dan tema. Judul mengacu pada suatu nama atau identitas sebuah wacana. Judul sebuah wacana kadang-kadang tidak mencerminkan isi yang terkandung dalam wacana tersebut. Topik dapat menjadi bagian dari tema dan juga bagian dari judul, namun perbedaan tema dan topik tidak dapat dijelskan secara tegas. Keduanya dapat berimpitan dan tidak mempunyai batas.
Berdasarkan acuan yang dirujuknya, topik percakapan dibedakan atas :
a)    Topik lama dan baru
•      Dalam percakapan para penutur biasanya memperhatikan masalah urutan lama-baru tersebut. Informasi atau topik yang telah dibicarakan merupakan topik yang dikeompokkan sebagai lama.
•      Dalam percakapan sehari-hari, berdasarkan penelitian Keenan dan Schieffelin, pendengar menuntut agar pembicara dalam percakapan menggunakan pola urtan topik lama-baru. Hal itu sangat penting untuk mebentuk praduga (presupposition).
•      Untuk mengetahui apakah pendengar telah memahami atau belum, pembicara dapat mengetahuinya dengan berbagai macam cara, misalnya dengan melihat tanggapan pendengar (contohnya sebagai tanda belum dapat memahami pendengar mengucapkan uh, tidak, atau menggeleng kepala). Biasanya untuk memancing tanggapan yang positif dari pendengar, sebelum memulai percakapan, seorang pembicara dapat menggunakan pertanyaan sebagai penunda pancingan, seperti pertanyaan : “Apakah kau ingat?” dan sebagainya (Keenan dan Schieffelin).
b)    Topik nyata
Merupakan topik yang referensinya seperti yang dirujuk dengan kata-kata yang digunakan dalam ujaran. Topik nyata itu seperti
Pada contoh di atas merupakan pertukaran yang membicarakan topik yang dibicarakan adalah gelang yang ada namanya.
Berdasarkn referensi, topik nyata itu dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1)    Topik yang referensinya ditunjuk
Topik ini membicarakan tentang hal-hal yang ditunjuk dan merupakan bahan atau topik pembicaraan yan menarik.
2)    Topik yang referensinya dipegang
Pada saat melakukan percakapan, hal-hal yang dipegang sering diangkat menjadi pokok pembicaraan dalam percakapan.
3)    Topik yang referensinya dilihat, tetapi tidak ditunjuk dan tidak
dipegang benda-benda yang dilihat sering diangkat menjadi pokok pembicaraan. Hal-hal yang dilihat pada umumnya dapat menarik untuk dipercakapkan.
4)    Topik yang referensinya didengar
Hal-hal yang didengar juga erupakan bahan pokok pembicaraan yang menarik.
5)    Topik yang referensinya berupa kegiatan atau tindakan.
Kegiatan yang hendak, sedang, dan telah dilakukan dapat diangkat menjadi topic pembicaraan.
Pada penjalasan div atas merupakan referensi yang nyata. Selain itu juga dibedakan referensi atau topik yang tak nyata yaitu:
a)    Topik imajinasi
Topik ini merupakan topik pembicaraan sebagai hasil rekaan sehingga seolah-olah menjadi benar-benar ada. Topik tersebut pada dasarnya merupakan hasil peniruan dari kenyataan yang telah diketahui / dialami.
b)    Topik tidak berkelanjutan
Topik Ini merupakan topik yang hanya dibicarkan dalam 2 ujaran.
c)    Topik berkelanjutan
Topik ini merupakan topik yang cukup banyak dikemukakan dalam percakapan sehari-hari. Topik berkelanjutan itu dikembalikan lebih dari 2 ujaran.

2.2    Tema
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis. Dalam tema tersirat amanat atau tujuan pengarang menulis cerita. Tema dalam cerpen dapat terjabar dalam setiap satuan peristiwa dalam cerita, misalnya melalui tingkah laku atau jalan hidup pelakunya.
Tema juga dapat berarti ide dasar, ide pokok atau gagasan yang menjiwai seluruh karangan yang disampaikan. Conto Tema, adaa beberapa contoh tema misalnya Tema Kemerdekaan, Tema Ramadhan, Tema Idul Fitri, Tema Natal, Tema Global Warming, Tema Penghijauan, Tema Sekolah, Tema Tempo dulu dan lain sebagai nya.Tema adalah sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Dalam tema tersirat amanat atau tujuan pengarang menulis
Ø    Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel.
Ø    Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.
Ø    Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa tema sebagai satu gagasan, fikiran atau persoalan utama yang mendasari sesebuah karya sastera dan terungkap secara langsung (eksplisit) atau tidak langsung (implisit).
Ø    Tema dalam sesebuah cerita tidak dapat dilihat sepenuhnya sehingga cerita itu selesai dibaca.
Ø    Selain itu, tema dapat dikesan melalui:
1.   Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa,kisah,suasana dan unsur lain seperti nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3.   Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan pokok persoalannya secara keseluruhan.
4.   Plot cerita.
Ø      Dalam novel dan cerpen, tema dapat dilihat melalui persoalan-persoalan yang dikemukakan, cara-cara watak itu bertentangan antara satu sama lain, bagaimana cerita diselesaikan, semuanya menentukan rupa tema yang dikemukakan oleh pengarang.
2.3    Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
v  Syarat-syarat pembuatan judul :
1.   Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2.   Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3.   Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
v  Judul terbagi menjadi dua,yaitu :
-     Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubu ngannya dengan bagian utama nampak jelas.
-     Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.
v  Fungsi Judul
Judul memiliki fungsi sebagai berikut :
1.    Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
2.    Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya.
3.    Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
4.    Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujunnya.

2.4    Kerangka Karangan
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan  teratur.
Kerangka karangan             à a. topik, b.formal
§  KK diungkapkan dalam bentuk kata à    kerangka karangan topik
§  KK diungkapkan dalam bentuk kalimat à   kerangka kalimat
§  Dalam beberapa kalimat à kerangka alinea
§  Dalam beberapa paragraf  à proposal (harus dilengkap dana dan waktu yang diperlukan)

A.   Manfaat Kerangka Karangan:
a.    Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah 
b.    Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c.    Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi.
d.    Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu.
e.    Memudahkan penulis mencari materi pembantu.
 Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

B.    Penyusunan Kerangka Karangan
a.    Langkah pertama adalah merumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.
b.    Langkah kedua adalah mengadakan inventarisasi atau mengumpulkan  topik-topik bawahan yang dianggap merupakan rincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi.
c.    Langkah ketiga adalah mengadakan evaluasi semua topik bawahan yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
Pertama : apakah semua topik yang tercatat mempunyai relevansi atau pertalian langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas
Kedua : Semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebh lanjut. Bila ada dua topik atau lebih yang hampir sama, maka harus dibuat perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.
Ketiga : Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan, apakah semua topik sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan  atau rincian dari topik lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.
Keempat : Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tapi lebih rendah dari topik yang lain. Bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi. 
d.    Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e.    Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling sesuai  untuk mengurutkan semua rincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut semua rincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.   

C.    Pola Susunan  Kerangka Karangan
a.    Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasar urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada. 
1.    berdasar urutan ruang
2.    berdasar urutan  waktu
3.    berdasar urutan topik yang ada
Untuk pola berdasar urutan topik yang ada, penulis tidak perlu        memperhatikan  mana yang akan didahulukan.
b.    Pola Logis
Pola logis berdasar urutan:
1)   klimaks – anti klimaks
2)   umum – khusus
3)   sebab – akibat
4)   proses
5)   dan lain-lain. 

D.   Macam-macam Kerangka Karangan
a. Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:
     cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
     a) topiknya tidak kompleks
         b) akan segera digarap
 2) Kerangka Karangan Formal:
 terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
 a) topiknya sangat kompleks
b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

b.   Berdasar perumusan teksnya
1.    Kerangka Kalimat
2.    Kerangka Topik
3.    Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

E.   Syarat Kerangka Karangan yang baik:
a.    Tesis atau Pengungkapan Maksud harus jelas
b.    Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c.    Pokok-pokok dalam kerangka karangan  harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar dengan jelas
d.    Harus menggunakan simbol yang konsisten

F.    Bentuk Kerangka Karangan:
a.    Kerangka topik, terdiri atas kata atau frasa. Ini lebih banyak dipakai.
b.    Kerangka kalimat
c.    Gabungan kerangka topik dan kerangka kalimat

G.   Macam-macam Kerangka Karangan
1. Berdasar Sifat Rinciannya:
a.     Kerangka Karangan Sementara / Non-formal: biasanya terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
1) topiknya tidak kompleks
2) akan segera digarap
b.   Kerangka Karangan Formal: 
Dengan alasan:
1) topiknya sangat kompleks
2) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
1.    Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu pokok pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan, dan nama yang digunakan untuk makalah atau buku atau gubahan sajak.
2.    Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

0 komentar:

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies